Selasa, 25 Agustus 2009

1st draft: Opening (part 2)

Granat membuat kurva, lalu menghilang ke dalam gudang. “Fire in hole!” teriakku di radio. Serentak kami semua menutup telinga dan berlindung. Terdengar ledakan dan sinar putih terang disertai teriakan musuh. Kami berlari masuk, senapan siaga. Granat kejut tidak untuk menghancurkan, tapi untuk mengacaukan orientasi. Dalam jarak kurang dari tiga meter bisa membuat pingsan.

Dalam sekejap kami menghambur masuk, kecuali Alex, karena posisinya sebagai penembak jitu. Tiga orang pingsan, dua orang berlutut di tanah, tangan memegang telinga dengan wajah kesakitan. Ledakan granat kejut bisa melukai pendengaran. Kami berpencar, mata siaga ke semua arah di dalam gedung. Terdengar satu suara tembakan dan tubuh jatuh menghantam tanah. Kemudian tembakan lagi. Dan suara tubuh menghantam atap.

“Dua jatuh,” kata Alex tenang di alat komunikasi.

Aku tidak mengalihkan pandanganku dari bagian gudang yang kuawasi. Kemudian kulihat bayangan bergerak di kanan depanku. Tampak sesosok tangan melempar sesuatu. Mataku memandang granat yang bergerak turun.

DOWN!” teriakku. Refleks kubuka A.T. Field-ku. Granat itu menghantam A.T. Field, kemudian sama seperti roket, merubah arah geraknya. Granat meledak satu meter di depanku. Aku terhuyung karena gelombang kejut ledakannya. Terdengar suara tembakan dari belakangku. Kemudian terdengar erangan, dan seseorang jatuh. Kotak-kotak kayu yang menjadi tempat perlindungan musuh tidak mampu berbuat banyak di hadapan peluru titanium.

Kurasakan seseorang menahan tubuhku dari belakang. “Kau tak apa-apa?” tanya Leon.

Yeah,thanks,” jawabku.

Kami berhasil menguasai gudang ini. Lima musuh tewas, tiga pingsan, dua terluka. Kapten memanggil bantuan, tugas kami hanya untuk melumpuhkan saja. Penangkapan dan lain-lain tidak menjadi tugas kami.

Aku duduk di satu kotak kayu di sudut. Unit medis sudah datang, memberikan minuman hangat kepada setiap orang. Kuhirup kopiku sambil memandang kesibukan yang berlangsung. Kapten terlihat sedang berbicara dengan salah satu petinggi yang aku tidak tahu namanya. Aku termasuk anggota unit khusus, jadi aku tidak terlalu berhubungan dengan politik militer.

Tiga orang yang pingsan terlihat ditandu masuk ke mobil tahanan, dua yang terluka terborgol di tandu lain. Mayat lima sisanya masuk ke mobil jenazah. Rupanya mereka sudah menurunkan tiga mayat yang berada di atap.

Alex duduk di sampingku. “John, I’m so sorry! Aku tidak melihat si pembawa bazooka! Pandanganku terhalang cerobong asap!” katanya sungguh-sungguh.

Aku menoleh kearahnya,.....(bersambung)

0 komentar: