Selasa, 25 Agustus 2009

1st draft: Opening (part 3)

Aku menoleh kearahnya, tersenyum. “Tidak apa-apa, Alex. Aku tidak terluka.”

Alex menggeleng, “seharusnya kucari titik lain yang memberiku sudut pandang lebih luas.”

Aku tersenyum lagi, “Alex, gudang ini merupakan gedung paling tinggi di daerah ini. Di kelilingi pepohonan, tentu kau sulit menemukan titik yang sempurna. Posisimu itu sudah yang terbaik.”

“Tetap saja… kau bisa terluka!” kata Alex berkeras.

Aku menghela nafas. Dasar Alex. “Alex, aku percaya dengan kemampuan snipping-mu. Aku tidak apa-apa, jadi jangan salahkan dirimu, ok?”

Alex menatapku dengan sungguh-sungguh. “Kau tidak marah?” tanyanya.

“Marah? Tentu saja!” kataku usil.

Wajah Alex mengeruh. Aku tertawa, “marahku akan hilang kalau kau traktir aku di restoran yang baru di buka minggu lalu di blok 15.”

Wajah Alex berubah cerah. “Deal!” katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku meraih tangannya, kami bersalaman. Kemudian kami tertawa bersama. Persahabatan memang indah.

Kami masih tertawa saat Leon, Larry dan yang lain menghampiri kami di depan pintu gudang. “Nice timing!” puji Larry.

Aku tersenyum, “Lucky, I guest.

“Ya, kau memang benar-benar di lindungi dewi keberuntungan malam ini!” kata Hanataro. Senyumku bertambah lebar.

Damn boy, saat kulihat roket itu meluncur kearahmu, dan kulihat kau tidak akan sempat menghindar, kukira kau tamat!” kata Leon sambil meninju lenganku main-main.

Yeah, me too,” kataku.

Kami menuju markas. Di markas, Kapten dan yang lain langsung menuju rumah masing-masing setelah pemeriksaan kesehatan. Alex menungguku. Memang pemeriksaanku paling lama, karena mereka harus mencek NPS milikku. Saat aku keluar, salah satu asisten melempar senyum kearahku. Alex memandang kami penuh arti, senyum kecil bermain di bibirnya. Aku menghela nafas. Damn, Alex pasti akan bermain mak comblang lagi.

So, looks like miss nice assistant interested in you,” kata Alex membuka pembicaraan. Aku menghela nafas, betul kan?

“Alex, sudah cukup kau bermain mak comblang!” kataku.

Alex membuat ekspresi terluka... (bersambung)

0 komentar: